Tomb of Gold

Tomb of Gold

Tomb of Gold – Debu beterbangan dari lembaran peta usang di tanganku, baunya seperti perpustakaan kakek yang jarang dibuka. Bukan perpustakaan berisi buku sejarah membosankan, tapi yang dipenuhi komik petualangan Tintin dan Hergé. Bedanya, ini bukan komik. Ini nyata. “Tomb of Gold,” bisikku, membaca judul yang tertera dengan tinta yang mulai pudar. Enam petunjuk kuno. Konon, katanya sih, bisa membawa siapa saja menemukan harta karun yang nilainya… ah, bikin pusing kalau dipikirin.

Awalnya, aku skeptis banget. Dapat peta ini juga iseng, dari lelang barang antik online yang lagi diskon gede-gedean. Modal awalnya cuma Rp 500 ribu, iseng nyari hiasan dinding unik. Eh, malah dapat beginian. Pikirku, ya sudah, siapa tahu bisa jadi cerita seru buat di tongkrongan. Toh, selama ini hidupku datar banget. Kerjaannya cuma ngoprek data di depan komputer. Butuh sesuatu yang… greget.

Petunjuk pertama, terukir di sudut peta, berbunyi, “Di mana matahari mencium tanah, di sanalah permulaan.” Klise abis, ya kan? Tapi entah kenapa, firasatku kuat banget. Kayaknya petunjuk ini ngarahin ke suatu tempat yang pernah aku datengin waktu kecil: Pantai Parangtritis. Dulu, tiap liburan sekolah, aku pasti diajakin ortu ke sana. Ingat banget, momen matahari terbit di pantai itu selalu bikin merinding.

Tanpa pikir panjang, aku langsung pesan tiket kereta api malam. Jakarta-Jogja. Nggak sabar pengen nyari tahu kebenaran dari Tomb of Gold ini. Sempat kepikiran buat ajak teman, tapi entah kenapa aku pengen jalanin ini sendirian dulu. Biar lebih fokus. Lagian, kalau beneran nemu harta karun, kan lumayan buat sendiri… eh, nggak deng, pasti aku bagi-bagi!

Sampai di Jogja, langsung sewa motor matic. Parangtritis dari stasiun Tugu lumayan juga jaraknya. Sepanjang jalan, aku sibuk mikirin petunjuk selanjutnya. Kira-kira apa ya? Apa bakalan sesulit teka-teki Sphinx? Atau malah zonk? Sempat nyasar juga sih, gara-gara Google Maps-nya error. Kesel banget, udah capek, panas, eh malah muter-muter nggak jelas. Tapi ya sudahlah, namanya juga petualangan. Harus siap sama segala kemungkinan.

Sesampainya di Parangtritis, aku langsung menuju ke spot favoritku dulu, tempat aku biasa ngelihat sunrise. Bener aja, pemandangannya masih sama. Lautan luas, pasir hitam berkilauan, dan matahari yang perlahan muncul dari balik cakrawala. Indah banget. Tapi, di mana petunjuk selanjutnya? Aku celingukan, nyari-nyari sesuatu yang aneh. Nggak ada apa-apa. Cuma pasir dan ombak. Sempat down juga, mikir jangan-jangan aku ketipu.

Tapi, instingku bilang, jangan nyerah dulu. Aku coba perhatiin sekeliling dengan lebih seksama. Lalu, mataku tertuju pada sebuah batu karang besar yang agak menjorok ke laut. Di permukaannya, ada semacam ukiran kecil. Nggak terlalu jelas, tapi kayaknya mirip simbol. Deg-degan, aku langsung mendekat. Ternyata benar! Itu petunjuk kedua!

Simbolnya aneh, kayak gabungan antara huruf hieroglif dan aksara Jawa kuno. Aku foto, terus kirim ke teman yang kuliah di jurusan Arkeologi. Nggak lama, dia balas. Katanya, simbol itu artinya “Air Mata Dewa.” Air Mata Dewa? Maksudnya apa coba? Aku garuk-garuk kepala. Bener-bener bikin pusing deh teka-tekinya.

Sambil mikir keras, aku jalan-jalan di sepanjang pantai. Ngelihatin orang pacaran, anak-anak main layangan, dan ibu-ibu jualan makanan. Tiba-tiba, aku keinget cerita legenda Nyi Roro Kidul. Katanya, dia suka nangis karena cintanya ditolak. Nah loh, apa jangan-jangan ada hubungannya sama legenda ini?

Spontan aku langsung nyari warung kopi terdekat. Pesan kopi item panas, terus buka Google. Nyari artikel tentang legenda Nyi Roro Kidul. Dan bingo! Aku nemu satu artikel yang nyebutin tentang sebuah goa di sekitar Parangtritis yang dipercaya sebagai tempat Nyi Roro Kidul bertapa. Katanya sih, di dalam goa itu ada sumber air yang disebut “Air Mata Dewa.”

Tanpa buang waktu, aku langsung nyari ojek. Minta dianterin ke goa yang dimaksud. Untungnya, tukang ojeknya tahu tempatnya. Sampai di sana, ternyata goanya nggak terlalu besar. Agak gelap dan lembap. Tapi, ada sumber air kecil yang menetes dari langit-langit goa. Airnya jernih banget. Aku coba minum sedikit. Rasanya segar dan dingin.

Di dinding goa, aku nemuin petunjuk ketiga. Kali ini berupa teka-teki dalam bentuk pantun. “Di bawah pohon rindang, berbuah emas berkilau, di sanalah kunci tersembunyi, untuk membuka pintu impian.” Pantun macam apa ini coba? Bikin mikir keras lagi deh. Pohon rindang, berbuah emas berkilau… Apa mungkin pohon mangga? Tapi, di sekitar goa nggak ada pohon mangga.

Aku keluar dari goa, mencoba nyari inspirasi. Lalu, mataku tertuju pada sebuah pohon beringin besar yang tumbuh nggak jauh dari goa. Di bawah pohon itu, ada beberapa anak kecil yang lagi main kelereng. Kelerengnya warna-warni, ada yang kuning keemasan. Tiba-tiba, aku keinget sama kata “berbuah emas berkilau.” Apa mungkin maksudnya kelereng?

Aku coba deketin anak-anak itu. Nanya, “Dek, kelerengnya beli di mana?” Salah seorang anak jawab, “Di warung itu tuh, Om.” Dia nunjuk ke sebuah warung kecil yang ada di seberang jalan. Aku langsung nyamperin warung itu. Beli kelereng yang sama. Terus, aku perhatiin kelereng itu dengan seksama. Dan ternyata… di salah satu kelereng, ada ukiran kecil. Bentuknya kayak kunci!

Gila! Aku nggak nyangka sama sekali. Ternyata, petunjuknya sekecil ini. Aku langsung balik lagi ke goa. Nyari sesuatu yang bisa dibuka dengan kunci itu. Dan bener aja, di salah satu sudut goa, aku nemuin sebuah kotak kayu kecil yang terkunci. Aku coba buka dengan kunci kelereng tadi. Dan klik! Kotaknya kebuka!

Di dalam kotak, ada sebuah gulungan perkamen. Aku buka perlahan-lahan. Ternyata, itu adalah petunjuk keempat. Isinya berupa gambar peta yang lebih detail. Di peta itu, ditandai sebuah lokasi di tengah hutan. Lokasinya nggak terlalu jauh dari Parangtritis. Tapi, hutannya lumayan lebat.

Dengan semangat yang membara, aku langsung nyari ojek lagi. Minta dianterin ke lokasi yang ditandai di peta. Perjalanan ke sana lumayan jauh dan menantang. Jalanannya rusak parah, banyak tanjakan dan turunan curam. Sempat jatuh juga sekali, gara-gara jalannya licin. Tapi, aku nggak nyerah. Demi Tomb of Gold, aku rela berjuang!

Sampai di lokasi yang ditandai, aku nemuin sebuah pohon tua yang sangat besar. Di batangnya, ada ukiran simbol yang sama dengan simbol yang ada di petunjuk kedua. Aku yakin, ini pasti tempatnya. Tapi, di mana petunjuk selanjutnya? Aku celingukan, nyari-nyari sesuatu yang aneh. Lalu, aku ngelihat ke atas. Di salah satu dahan pohon, ada sarang burung yang besar.

Dengan hati-hati, aku manjat pohon itu. Sampai di sarang burung, aku nemuin sebuah botol kaca kecil. Di dalamnya, ada selembar kertas yang digulung. Aku buka kertas itu. Ternyata, itu adalah petunjuk kelima. Isinya berupa teka-teki lagi. “Di antara akar yang menjalar, di sanalah harta karun bersemayam, carilah dengan hati yang tulus, maka pintu Tomb of Gold akan terbuka.”

Akar yang menjalar? Harta karun? Pintu Tomb of Gold? Apa maksudnya coba? Aku turun dari pohon, terus perhatiin akar-akar pohon tua itu dengan seksama. Akar-akarnya besar dan kuat, menjalar ke segala arah. Aku coba telusuri satu per satu. Sampai akhirnya, aku nemuin sesuatu yang aneh. Di salah satu akar, ada sebuah lubang kecil yang tertutup tanah.

Dengan hati-hati, aku gali tanah itu. Dan bingo! Aku nemuin sebuah kotak besi berkarat. Aku coba buka kotaknya. Berat banget. Di dalamnya, aku nemuin sebuah kunci emas besar. Kunci inilah yang disebut sebagai “pintu Tomb of Gold.” Tapi, di mana pintunya? Aku celingukan lagi. Nyari-nyari sesuatu yang aneh.

Lalu, aku ngelihat ke arah pohon tua itu lagi. Aku perhatiin batangnya dengan seksama. Dan tiba-tiba, aku nyadar sesuatu. Di salah satu sisi batang pohon, ada sebuah celah yang nggak terlalu kelihatan. Celah itu tertutup oleh lumut dan dedaunan. Aku coba singkirkan lumut dan dedaunan itu. Dan ternyata… di balik celah itu, ada sebuah pintu kecil yang terbuat dari batu.

Aku coba masukkan kunci emas itu ke dalam lubang kunci. Dan klik! Pintunya kebuka! Di balik pintu, ada sebuah lorong gelap yang sempit. Aku ragu-ragu sejenak. Tapi, rasa penasaran mengalahkan rasa takutku. Aku masuk ke dalam lorong itu. Lorong itu semakin lama semakin sempit. Gelap gulita. Aku meraba-raba dinding lorong, mencari sesuatu untuk dijadikan penerang.

Akhirnya, aku nemuin sebuah obor yang tergeletak di lantai. Aku coba nyalakan obor itu. Dan alhamdulillah, obornya nyala! Aku terus berjalan menyusuri lorong itu. Semakin lama, lorong itu semakin menurun. Sampai akhirnya, aku tiba di sebuah ruangan bawah tanah yang luas. Di tengah ruangan itu, aku ngelihat sebuah peti mati emas yang berkilauan.

Inilah Tomb of Gold! Aku mendekati peti mati itu dengan hati yang berdebar-debar. Aku buka peti mati itu perlahan-lahan. Dan wow! Di dalamnya, penuh dengan perhiasan emas, permata, dan artefak kuno yang nilainya nggak ternilai harganya. Aku nggak percaya sama apa yang aku lihat. Aku bener-bener nemuin harta karun!

Aku nggak tahu harus ngapain. Aku cuma bisa bengong dan terdiam. Aku bener-bener speechless. Ini semua kayak mimpi. Tapi, ini nyata. Aku bener-bener nemuin Tomb of Gold. Petunjuk kuno itu ternyata benar adanya. Sekarang, aku bingung. Apa yang harus aku lakukan dengan harta karun ini? Dijual semua? Atau disumbangin ke museum? Ah, nanti deh dipikirin lagi. Yang penting sekarang, aku mau nikmatin dulu kemenangan ini. Akhirnya, petualangan isengku berbuah manis. Siapa sangka, modal Rp 500 ribu bisa jadi segede ini. Gila!

Eh, tapi ngomong-ngomong, kira-kira kalau Tomb of Gold ini dibikin jadi tema permainan yang seru, bakalan banyak yang suka nggak ya? Apalagi kalau RTP-nya tinggi, sekitar 96%, terus ada fitur bonus yang bisa bikin menang berkali-kali lipat. Wah, pasti seru banget deh! Jadi penasaran, provider game mana ya yang paling cocok buat bikin game Tomb of Gold ini? Kayaknya Play N Go oke juga tuh, dengan grafisnya yang khas dan gameplay yang inovatif. Hmmm… ide bagus nih!

Pelajaran yang aku dapat dari petualangan ini? Jangan pernah meremehkan hal-hal kecil. Kadang, keberuntungan bisa datang dari tempat yang nggak terduga. Dan yang terpenting, jangan pernah menyerah. Kalau kita berusaha dengan sungguh-sungguh, pasti ada jalan. Gimana menurut kalian? Pengen nggak ikutan nyari Tomb of Gold? Atau kalian punya pengalaman seru lainnya? Ceritain dong!

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *